Sesuaidengan keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI No. 165/M/2021 tentang program sekolah menengah kejuruan Pusat Keunggulan bahwa SMK Pusat Keunggulan melaksanakan kemitraan Link and Match secara menyeluruh sesuai kesepakatan dengan dunia kerja. Acara diselenggarakan pada tanggal 14 s.d 16 September 2021, secara
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah-masalah pengangguran tenaga terdidik menjadi sorotan masyarakat. Dibutuhkan suatu kebijakan yang dapat meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan SMK dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha dan dunia industri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus case study yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai latar belakang masalah pengangguran dan bagaimana kebijakan link and match dapat menjadi solusi bagi masalah pengangguran. Hasil dalam penelitian ini akan memberikan gambaran luas dan mendalam mengenai kebijakan link and match, yaitu dengan adanya Link and Match tersebut Pendidikan Kejuruan dapat mengetahui kompetensi keahlian apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Vocational education strategizes how to prepare competent workforce candidates in their areas of expertise. One of the policy roadmaps in developing Indonesian vocational education 2017-2025 is the improvement of the curriculum that generally refers to the needs of the world of work today, keeping up with the times and technological advances Disas, 2018. ...... Cooperation with industry link and match with the world of work becomes an urgent thing that must be done immediately by vocational high schools. Link and Match decision making is considered as a smoothing of the skills competencies needed by the world of work in the future that requires a new paradigm that education is no longer as supply minded but more demand minded or known as the world of work/market needs Disas, 2018. ...... This competence will continue to be maintained by the alignment of links and matches between educational institutions and the world of work. Link and match are expected to reduce the unemployment rate of graduates in vocational high schools Disas, 2018. There is a link and match between the school and the industry so that vocational graduates have not been absorbed in the industrial world, and the competence of vocational graduates expected by the industry has not been formed properly. ...Ahyanuardi AhyanuardiSri RahmadhaniLili SuryatiZuryana ZuryanaThis research aims to find out the implementation of work attitudes based on the business world, the industry, and the world of work in the curriculum used by vocational high schools, where the work culture is a work attitude that prospective workers must own in entering the workforce. The realization of this work culture is seen from several indicators such as the application of work culture needed in schools, the existence of Links and Matches with the needs of the world of work, interpersonal skills owned by students, and intrapersonal abilities possessed by students who are realized in the 5R work culture Concise, Neat, Resik, Care and Rajin that apply to the school curriculum. The method used in this research is the Mixed Methode method, combining quantitative research and qualitative research. The study was conducted using instrument questionnaires and structured and open interviews involving respondents from educational institutions and the world of work under the auspices of the Indonesian Electrical and Mechanical Contractors Association. The data analysis technique used is the Milles and Huberman model Likert scale by looking at the percentage generated on the indicator of the competence of the world of work in the good category of But this must remain a thing that needs to be considered and maintained by vocational high schools to produce graduates of good character and a good working culture.... Sekolah kejuruan memiliki tujuan yang berbeda dengan pendidikan yang biasa Jaya, 2012 dilaksanakan di sekolah umum, kerena pendidikan kejuruan mengutamakan lulusan yang terampil Disas, 2018 dan siap dalam menghadapi dunia kerja, baik lulusan SMK atau perguruan tinggi kejuruan. Sifatnya harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang mengakibatkan pendidikan kejuruan harus terus berinovasi Disas, 2018 mengikuti perkembangan dunia usaha maupun dunia industri yang telah berkembang pesat. ...... Sekolah kejuruan memiliki tujuan yang berbeda dengan pendidikan yang biasa Jaya, 2012 dilaksanakan di sekolah umum, kerena pendidikan kejuruan mengutamakan lulusan yang terampil Disas, 2018 dan siap dalam menghadapi dunia kerja, baik lulusan SMK atau perguruan tinggi kejuruan. Sifatnya harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang mengakibatkan pendidikan kejuruan harus terus berinovasi Disas, 2018 mengikuti perkembangan dunia usaha maupun dunia industri yang telah berkembang pesat. ...Waskito WaskitoAdil Rahmat KurniaAzwar IndraPenelitian ini dilatar belakangi oleh perubahan besar yang dilakukan antara lain adalah dengan berganti dari KTSP menjadi kurikulum 2013 K13. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap teknik penilaian autentik apa saja yang digunakan, perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik serta kendala yang dihadapi guru dalam implementasi penilaian auntentik dan upaya mengatasi kendala tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan dua metode pengumpulan data, yakni wawancara dan dokumentasi. Sumber data penelitian ini adalah guru mata pelajaran CNC jurusan Teknik Permesinan SMKN 1 Kota Padang. Hasil penelitian yakni penilaian autentik untuk menilai hasil belajar sudah terlaksana namun belum sesuai pedoman penilaian untuk SMK, penilaian aspek sikap menggunakan teknik penilaian observasi, aspek pengetahuan menggunakan teknik tes tulis, penilaian keterampilan menggunakan teknik penilaian unjuk kerja.... Sekolah kejuruan memiliki tujuan yang berbeda dengan pendidikan yang biasa Jaya, 2012 dilaksanakan di sekolah umum, kerena pendidikan kejuruan mengutamakan lulusan yang terampil Disas, 2018 dan siap dalam menghadapi dunia kerja, baik lulusan SMK atau perguruan tinggi kejuruan. Sifatnya harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang mengakibatkan pendidikan kejuruan harus terus berinovasi Disas, 2018 mengikuti perkembangan dunia usaha maupun dunia industri yang telah berkembang pesat. ...... Sekolah kejuruan memiliki tujuan yang berbeda dengan pendidikan yang biasa Jaya, 2012 dilaksanakan di sekolah umum, kerena pendidikan kejuruan mengutamakan lulusan yang terampil Disas, 2018 dan siap dalam menghadapi dunia kerja, baik lulusan SMK atau perguruan tinggi kejuruan. Sifatnya harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang mengakibatkan pendidikan kejuruan harus terus berinovasi Disas, 2018 mengikuti perkembangan dunia usaha maupun dunia industri yang telah berkembang pesat. ...Waskito WaskitoAdil Rahmat KurniaAzwar IndraPenelitian ini dilatar belakangi oleh perubahan besar yang dilakukan antara lain adalah dengan berganti dari KTSP menjadi kurikulum 2013 K13. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap teknik penilaian autentik apa saja yang digunakan, perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik serta kendala yang dihadapi guru dalam implementasi penilaian auntentik dan upaya mengatasi kendala tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan dua metode pengumpulan data, yakni wawancara dan dokumentasi. Sumber data penelitian ini adalah guru mata pelajaran CNC jurusan Teknik Permesinan SMKN 1 Kota Padang. Hasil penelitian yakni penilaian autentik untuk menilai hasil belajar sudah terlaksana namun belum sesuai pedoman penilaian untuk SMK, penilaian aspek sikap menggunakan teknik penilaian observasi, aspek pengetahuan menggunakan teknik tes tulis, penilaian keterampilan menggunakan teknik penilaian unjuk kerja.... Furthermore, the government will be regarded as a "fail" by people in eradicating the problem of unemployment. The link and match policy is considered as competency exploration needed by the business and industrial world Disas, 2018;Iammarino and Marinelli, 2014. Education is intended not only to have supply-minded but also demand-minded. ...... Link and match conceptDisas, 2018;Gaeta, Lavadera, Pastore, 2017;Walters, 2014 ... Denny KodratMerdeka Belajar Kampus Merdeka MBKM program is one of the distinguished programs issued by the Ministry of Education and Culture. It is expected that the university students enhance soft and hard skills by joining one of eight suggested programs. Link and match was an initial policy in the 1990s while the MBKM program is improved. The study aims to uncover the industrial interest embedded in MBKM policy by reviewing the concepts and educational design in Indonesia. Library research towards the ideas was reviewed. Reputable journals and books were collected and overviewed while the critical concept of education was carried out as a tool of analysis. The theory of education addressed by Illich 2000, Walker 1981, and Nabhani 2001 was employed to trace the Industrialization of education in MBKM policy. The study shows that the industrial factors in MBKM policy are highlighted and strengthened by giving students the right to take a program and doing a credit transfer at the end of the program. The university and study program curriculum is focused on the need for the business and industrial world.... The business world or the industrial world is "one of the important elements in the world of employment. So there needs to be an adjustment between the world of business/industry and the world of education as a source of labor income Disas, 2018;Ta'rifin, 2018. The abilities/skills needed by the business world are a Have a good attitude towards work; b Have the ability to adapt and learn; c Able to cooperate with other people; d On time; e Have good communication skills and f have a good attitude for example always be friendly to clients. ...Murni AstutiSiti Hajar ThaitamiThe use of appropriate learning media will greatly assist in the learning process. The problem of research is the low understanding of students in the subject of hair trimming and coloring which has an impact on student learning outcomes. The purpose of this study was to develop an e-book-based learning media on the subject matter of double-application hair coloring. This type of research is research and development using a 4-D model. The population of this research is the students totaling 32 people. The data collection technique used a validity and practicality questionnaire. The data analysis technique is by calculating the score of the e-book media assessment from the questionnaire given and categorizing it according to the interpretation obtained. The results of the media validation study were very valid category and material validation very valid category. The results of the practicality of student responses were very practical category and from the teacher's response very practical category. E-book-based learning can be said to be valid and practical to be used as teaching materials in the classroom on hair trimming and coloring subjects to improve student learning outcomes.... Pendekatan-pendekatan tertentu perlu dilakukan untuk menjalin kebesinergian hubungan ranah pendidikan dengan dunia kerja dimana keberhasilan suatu pendidikan kejuruan dilihat dari meningkatnya kualitas keterserapan lulusan dalam dunia kerja Disas, 2018;Tanjung, 2020. Pendidikan kejuruan berperan dalam pembangunan bangsa karena pendidikan kejuruan memberikan kontribusi menumbuhkan ekonomi, mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf kesejahteraan hidup manusianya, jika diimbangi dengan pendampingan karir yang baik dan dibekali dengan kemampuan pada bidang keahlian tertentu bagi siswa Nuraeni, 2022. ... Ambiyar AmbiyarFadhilahLili SuryatiGanefriPenelitian ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan teaching factory dalam mempersiapkan kompetensi kewirausahan siswa pada pendidikan vokasi yang dilihat dari aspek peralatan yang digunakan sarana dan prasarana, Kurikulum yang digunakan dan Kompetensi Guru terhadap pelaksanaan teaching factory disekolah sehingga mampu menumbuhkan kompetensi berwirausaha siswa pada pendidikan vokasi. Metode penelitian ini mengunakan penelitian kuntitatif jenis ex post facto berbentuk asoasiatif kausal dengan analisis multivariat. Ketersediaan peralatan untuk mendukung keterlaksanaan dan efektifitas produksi di teaching factory dan disertai dengan kemampuan kewirausaahan siswa pada pendidikan vokasi menghasilkan nilai pada path coefficient 0,032 dimana ≤ 0,050. Pengaruh dari kurikulum yang digunakan di sekolah disertai dengan ketersediaan peralatan untuk mendukung keterlaksanaan dan efektifitas produksi di teching factory dan disertai dengan kemampuan kewirausaahan siswa pada pendidikan vokasi menghasilkan nilai pada path coefficient 0,049 dimana ≤ 0,050. Pengaruh dari kurikulum yang digunakan di sekolah disertai dengan ketersediaan peralatan untuk mendukung keterlaksanaan dan efektifitas produksi di teaching factory dan disertai dengan kemampuan kewirausaahan siswa pada pendidikan vokasi menghasilkan nilai pada path coefficient 0,046 dimana ≤ 0,050. Hal ini membuktikan bahwa semua aspek saling berketerkaitan dalam memberikan pengaruh tehadap kompetensi kewirausahaan siswa.... Pelibatan dunia kerja dalam program penguatan budaya kerja selaras dengan kebijakan Direktorat SMK yaitu link and match antara SMK dengan dunia kerja. Link and match dikembangkan untuk meningkatkan relevansi SMK dengan kebutuhan dunia kerja Disas, 2018. Dengan adanya link and match diharapkan kriteria calon tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja sesuai dengan lulusan yang dihasilkan oleh SMK. ...Laila NasyaliyahRobinson SitumorangYuliani NuraniThis study aims to evaluate the implementation of government assistance programs to strengthen the work culture of vocational schools in West Java in 2020. This research was evaluation research using a goal-oriented evaluation model by Raplh W. Tyler, which used a quantitative approach. Data collection techniques used questionnaires and documentation. Respondents used as data sources were school principals or teachers in charge of the assistance program, with a sample of 10 SMK in West Java. This research data analysis technique used descriptive statistics. The results of the evaluation of this evaluation research were 1 Schools could apply work culture in the learning process and practice according to competency skills and aligned with the needs of the world of work 2 Students gained understanding and ability to apply work culture from the world of work. The conclusion from this research is that the beneficiaries of the assistance program have carried out all the program components properly.... The condition that afflicts Vocational School graduates indicates that the government is less reactive in designing competency skills that are in accordance with industry needs. According to Soesilowati 2009 in [4] describes several obstacles in designing competency skills that are in accordance with industry needs, among others, due to the rapid development of industry compared to the development of teaching and learning infrastructure in institutions, curriculum that is still lagging behind the times, there are no definite specifications regarding resources. the workforce needed by industry, lack of job vacancies for high school and vocational schools that are in accordance with current fields and expertise, and lack of coordination between industry, government and educational institutions. ...Ari Amir AlkodriR Burham IsnantoR Ferry Bakti AtmajaAndreani AndreaniIn this era of increasingly advanced technological development, skills and competencies in the digital field are increasingly needed to remain capable to compete in the future. One way to get these skills is to take vocational education in the field of computer technology. However, many vocational education graduates are not ready to work and lack competence. This training program activity aims to further strengthen students' competencies and provide students with experience in the world of work. At the end of the program, participants gain additional knowledge, experience and understanding of computer competence as well as an overview of a professional work ethic.... For the learning methods internship program, lecturing and practicum play a pivotal role in the graduates' competencies. Implementing a VET curriculum relevant to industrial needed follows the link and match policy Disas, 2018;Verawardina et al., 2019. Therefore, strengthening collaboration initiatives with industry stakeholders include internships, apprenticeships, and graduate employment. ...This paper reports on the multi-cohort tracer studies about graduates' perception inserted on employability, competencies, and job-specific skills in the field of tourism and hospitality management. Mixed methods research was designed to explore graduates' perceptions on the preferred competencies using online surveys. 1694 tourism and hospitality graduates participated in this study, data collected using longitudinal design involving three cohorts. The results of this study show that three competencies constitute the critical skills required in future employment for tourism and hospitality management graduates namely fundamental, functional and professional competencies. The findings shed new light on the vocational education and training VET preferred competencies, especially from the perspective of the graduates in the field of tourism and hospitality management. This study also suggested that preferred graduates' job competencies for the tourism and hospitality sectors can integrate with collaboration strategy during internship and industry-related certification programs. In the context of learning experiences, this study also found that tracer studies play a crucial role as the initial stage for developing higher education curriculum relevant to the tourism and hospitality management courses.... In achieving the objectives of the vocational education program, every quality program must be prepared. Preparation starts from the career development of students in choosing a vocational education career to competency development provided by educational institutions that refers to the needs of the world of work Disas, 2018;Pratiwi et al., 2022. In addition, it prepares individuals to work by having a good set of essential competencies and skills to make an excellent economic contribution to themselves, themselves and society Arif & Samidjo, 2018;Oksa & Soenarto, 2020. ...AhyanuardiSri RahmadhaniLili SuryatiThe high unemployment rate is certainly different from the goal of SMK, which should be a ready-to-work workforce. It is influenced by the lack of employment opportunities and the weak competence of graduates in the field of expertise. In addition, qualified educators are needed so that they can improve students' competencies and skills. This study aims to analyze the competency needs of vocational students for the world of work. This alternative can be seen from the curriculum used by Vocational High Schools and the competencies produced by the needs of the world of work oriented to the standards of the Indonesian National Qualifications Framework. This type of research is qualitative. The method used in this research is the Mixed Method, by combining quantitative research and qualitative research. The instrument used in collecting data is a questionnaire. The data analysis technique used the respondent achievement level TPR with the Milles and Huberman model. The results of this study indicate a weakness in the competence of SMK graduates to the competence needs of the world of work, with a percentage gain of These weaknesses appear in the skills possessed by students to the needs of the world of work. It means that there is a need for improved analysis to be in the good and excellent categories in the future. The competence of SMK graduates can refer to the competency needs that exist in the world of work and reduce unemployment at the SMK level.... Link and Match sebagai dasar pembaharuan pendidikan kejuruan dilaksanakan dengan dual-based program, pendewasaan manajemen sekolah, pengembangan unit produksi. Terjadi penataan dan pembaharuan dimensi-dimensi pendidikan kejuruan dari 1 Supply Driven ke Demand Driven; 2 pendidikan berbasis sekolah school based menjadi pendidikan berbasis ganda dual based; 3 pengajaran berbasis mata pelajaran subject matter menjadi pengajaran berbasis kompetensi competencies based; 4 program dasar yang sempit narrow based ke program dasar yang mendasar broad based; 5 pendidikan formal yang kaku menjadi pendidikan formal yang luwes multi entry-multi exit; 6 tidak mengakui keahlian dari luar sekolah menjadi mengakui kompetensi yang diperoleh dari manapun dan dengan cara apapun recognition of prior learning; 7 pemisahan yang tegas antara pendidikan dan latihan menjadi pengintegrasian pendidikan dan latihan; 8 pendidikan bersifat terminal dead end menjadi pendidikan berkelanjutan bridging program; 9 manajemen terpusat sentralistik menjadi manajemen mandiri desentralistik, Wayong, 2012;Amiruddin, 2016;Disas, 2018. ...Abdul Kadir RitongaThe article is entitled the development of teacher careers in the field of vocational education. Vocational education aims to improve intelligence, knowledge, personality, noble character, and skills of students to live independently and participate in further education in accordance with the vocational purpose of vocational education implies that vocational education prepares a professional workforce and also prepares students to be able to continue their education to a higher level or areas expertise. Data research is collected from some books and scientific articles referred to the research. Career development refers to the process of the developing values, skills, talents, interests, personality characteristic, and lifelong knowledge of the world of work. The role of the teacher is very important so that the development of a teacher’s career must be considered by the parties concerned for the advancement of education, especially vocational education in Indonesia.... Dengan kata lain, sekolah kejuruan membekali peserta didiknya dengan keterampilan-keterampilan tertentu agar kelak setelah menyelesaikan pendidikan dapat bersaing baik sebagai pekerja di dunia usaha/dunia industri DU/DI maupun sebagai wiraswasta Sauli, 2021;Silaban & Rizal, 2020;Stellmacher et al., 2020. Sekolah Menegah Kejuruan SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan serta keahlian SDM yang selaras dengan perkembangan teknologi dan berbagai perubahan Bustanil S et al.,2 2019; Disas, 2018;Utami, 2017. Selain pihak penyelenggara pendidikan kejuruan, keberhasilan pendidikan kejuruan dalam meningkatkan kualitas SDM tidak terlepas dari peran serta masyarakat Afandi & Sentot Wijanarka, 2019;Mulyanti et al., 2020. ...Monica PratiwiHasanuddinMuhammad Yasser ArafatGuru pembimbing kurang memonitoring siswa yang pelaksanaan prakerin. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tujuan suatu program pada pelaksanaan praktik kerja industri jurusan teknik otomotif di sekolah menengah kejuruan. Jenis penelitian yaitu evaluasi dengan model goal oriented. Metode yang digunakan adalah metode kombinasi mixed method. Data kuantitatif dikumpulkan melalui angket dengan responden 35 orang yang terdiri dari 15 orang guru pembimbing dan 20 orang instruktur DU/DI, sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa komponen pelaksanaan prakerin ditinjau dari subkomponen tujuan program kategori baik. Subkomponen perilaku secara keseluruhan diperoleh penilaian dengan kategori baik. Subkomponen pencapaian tujuan secara keseluruhan diperoleh penilaian dengan kategori sangat baik. Subkomponen kinerja siswa secara keseluruhan diperoleh penilaian dengan kategori sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan praktik kerja industri jurusan teknik otomotif di sekolah menengah kejuruan sudah berada pada kategori sangat baik.... Program MBKM perlu disosialisasikan secara massif mengenai program apa saja yang dapat diikuti oleh mahasiswa serta apa saja keuntungan dan keunggulan jika mengikuti program tersebut Anshori et al., 2021. Disas 2018 menyatakan melalui program MBKM maka dapat menjawab tantangan dari perubahan permintaan dan kebutuhan dunia usaha dan sektor industri demi menghasilkan sebuah format baru untuk link dan match antara sektor pendidikan, sektor usaha, dan sektor industri. ...Dewi Anggraini Ani Siska MyMerdeka Belajar - Kampus Merdeka MBKM merupakan kebijakan yang sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud No. 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Tujuan MBKM untuk menyiapkan generasi yang mampu menjawab tantangan dan permintaan pasar atas tenaga kerja dalam dunia usaha dan industri. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan mix-method dengan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Untuk memperoleh informasi dengan menyebarkan kuesioner kepada 314 mahasiswa prodi akuntansi semester ganjil 2021/2022, studi kepustakaan, dan focus group discussion FGD. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa menyambut baik kebijakan MBKM. Program Studi Akuntansi Univeritas Sahid telah menyusun kurikulum sesuai dengan Permendikbud No. 3 Tahun 2020 Pasal 18. Pada semester ganjil tahun akademik 2021/2022 telah dilakukan kegiatan pembelajaran MBKM yaitu pertukaran pelajar.... Penyebab banyaknya pengangguran dinilai berasal dari kurangnya kerjasama perguruan tinggi dengan perusahaan industry serta minimnya pengalaman para lulusan sarjana. Dikutip Disas, 2018mahasiswa menghadiri pendidikan di perguruan tinggi dan memilih bidang gelar dengan harapan berhasil di dalam dunia kerja. Tetapi salah satu aspek keberhasilan pasar kerja adalah kemampuan untuk memanfaatkan investasi apa yang didapat di sekolah dalam pekerjaan di masa depan. ...Kontributor RaisHidayat ImplementasiAnalisis KebijakanAnwar TriningsihSejalan dengan Kebijakan Merdeka Belajar yang keluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia maka buku ini menjabarkan tentang sejauh mana kebijakan tersebut telah dapat dilaksanakan pada level organisasi pendidikan sebagai eksekutor kebijakan Merdeka Belajar. Tujuan Kebijakan Merdeka Belajar sendiri adalah untuk menjawab tantangan atas kebutuhan sumber daya manusia Indonesia di masa depan yang mampu bersaing secara global dan dapat beradaptasi dengan cepat dalam berbagai perkembangan teknologi dan kemajuan zaman. Merdeka belajar ini harus dimaknai sebagai semangat untuk melakukan perubahan di dunia pendidikan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Perubahan mendasar diharapkan terjadi pada cara pandang dan berpikir para pendidik dan peserta didik sehingga mendorong semangat belajar yang lebih kreatif, efektif dan efisien. Merdeka belajar harus diimplementasikan sebagai sebuah kesempatan untuk melakukan perubahan-perubahan baru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang bermanfaat demi kemajuan pendidikan di Indonesia Buku Monograf ini dapat berfungsi sebagai bahan ajar dan bahan diskusi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian dan evaluasi kebijakan-kebijakan lainnya. Akhir kata semoga buku ini dapat dapat menjadi referensi dalam penulisan ilmiah pendidikan dan menjadi inspirasi bagi para pembaca dengan memberikan perspektif dan pengetahuan yang berbeda tentang kebijakan pendidikan di Indonesia. Terimakasih.... The demand for vocational graduates by industry is currently increasing. The Indonesian government specifically requires a link and match between industry needs and the skills possessed by vocational graduates [A, D., 2020] [Disas, 2018]. Industry requires vocational graduates to be better prepared to enter the world of work to easily adapt to the fast rhythm of work in the industrial world. ...Maharani Patria RatnaLenggahing SaputriChisbiya LatifaCurrently, it is hoped that the Indonesian government will be able to meet the industry needs for vocational graduates at the university level. This study aims to map the need for Japanese language proficiency tests for vocational students based on the demands of the industrial world. In addition, this study also investigates how the industry demands the Japanese language skills of vocational students. The data was collected through a survey conducted on eight foreign companies that employ employees with Japanese language skills. This research shows that the industry's need for Japanese language proficiency tests is still very high. Specifically, the industry requires graduates with business communication skills in Japanese and graduates who have mastery of the vocabulary of industrial terminology. It is a challenge for vocational graduates, so there is continuity between vocational graduates and the needs of the industrial world. In addition, English language and soft skills, the ability to work in teams, and high integrity are still needed in the industrial world.... Dalam sistem pendidikan di Indonesia sangat memperhatikan hubungan antara praktik pendidikan dan kebijakan pendidikan nasional yang memuat kompetensi untuk lulusan, standar untuk pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, serta standar penilaian. Dari aspek-aspek ini tentunya banyak kebijakan pendidikan yang dibuat dalam penyelenggaraan pendidikan nasional, salah satu kebijakan itu adalah link and match pada dunia pendidikan Disas, 2018. ...Hayu Mentari PrecalyaPenelitian bertujuan penelitian untuk mengalisis secara kritis mengenai wacana link and match sekolah kejuruan dengan liberalism pendidikan. Fokus studi ini mengkaji kesesuaian liberalisme dalam pendidikan dengan kebijakan-kebijkan link and match yang diberlakukan di sekolah kejuruan. Penelitian ini menggunkan analisa teori kritis dari tokoh pendidikan kritis sosiologi untuk menjelaskan liberalism pendidikan dalam wacana-wacana link and match sekolah kejuruan di Indonesia. Studi menggunakan pendekatan critical discourse analysis. Kebanyakan kajian link and match pendidikan membahas mengenai efektivitas kebijakan serta dampaknya bagi peserta didik, namun dalam artikel ini akan melihat Critical Discourse link and match sekolah kejuruan dan liberalisme pendidikan di Indonesia. Hasil dalam penelitian ini menggambarkan bagaimana liberalism pendidikan dalam wacana link and match sekolah kejuruan di Indonesia. Program-program yang disusun dalam kebijakan link and match didasarkan pada persyaratan dunia industrialisasi dan perubahan teknologi. Atas dasar ini wacana kebijakan link and match menjelaskan hubungan negara, pendidikan, dan dunia usaha yang mengarah pada ideologi yang ditanamkan dan keuntungan ekonomi yang didapatkan.... It is essential to keep up with the times and adapt to an ever-changing world of work and industry. If universities are serious about providing students with the best possible education, they must devise and execute cutting-edge methods for teaching and learning Disas, 2018. It is imperative for universities in this period of the Fourth Industrial Revolution to disrupt themselves and prepare students for a lifetime of sensitive and adaptable learning to changing times. ...M. Afif HasbullahThe notion of MBKM allows students to choose their learning activities. It takes the willingness of lecturers to respond to this policy to succeed. In the development of the MBKM, there are pros and cons and cons in the community, so a clear legal umbrella is needed to accommodate the policy. This study uses an approach with data collection through library searches sourced from electronic journal articles. After getting a number of articles, the articles that meet the requirements with a data inclusion strategy are selected and then analyzed descriptively. From the selection process, 10 articles were taken as the data and analyzed using content analysis. The results of the study show that the independent campus policy is a government breakthrough in providing autonomy and independence to each university from complicated employees and also giving students the freedom to choose their own study program. In its development, this policy took the form of reaping the pros and cons in the community so that several legal umbrellas were made that could accommodate them, but in the author's view the legal umbrella is still very important because only ministerial regulations need to be made such as laws or higher regulations of government.... Vocational High Schools SMK are designed to prepare graduates to work in certain fields Ariyanti, 2020;Hidayat & Muladi, 2016;Utami, 2017. Vocational schools are required to be able to produce graduates as expected by schools, communities, and the business/industry world Bustanil S et al., 2019;Disas, 2018. The manpower needed is manpower who has work competence in accordance with his field, has high adaptability and competitiveness Maharani et al., 2018. ...Aria Setia NingrumSuyitno MuslimEveline SiregarLearning conditions during this pandemic have limited direct teacher and student meetings. Online learning in SMK has several obstacles, such as the lack of appropriate learning media, which impacts student learning outcomes. This study aims to produce a simulation model of multimedia products in Basic Electrical and Electronics subjects in Vocational Schools. This type of research is development. This study uses the Bergman & Moore development model. The feasibility test was obtained based on expert studies conducted by material experts and media and learning design experts. The data collection technique used a formative evaluation instrument. This product development uses quantitative data analysis techniques and qualitative data analysis techniques. The instrument used to collect data is a questionnaire. The feasibility test results show that the multimedia with the simulation model developed is in the very feasible category with an average value of The effectiveness test was conducted by giving pre-test and post-test to class X SMK students with analysis using the N-Gain formula. The effectiveness test results showed that the average score of students before using multimedia was and after using multimedia was It was concluded that learning using multimedia could improve student learning outcomes. Multimedia can make it easier for students to understand learning materials.... Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sehingga kelangsungan hidup suatu bangsa dan Negara dijamin atas pendidikan yang baik. Negara berkembang menerapkan pendidikan dengan dua cara, yaitu pendidikan umum general education dan pendidikan kejuruan vocational education Disas, 2018;Saleh, Jufari, & Nasrullah, 2021;Tsani, Ermas, & Febriantono, 2018. ...Luky Triana Atiqoh AtiqohDjoko Adi WaluyoThe purpose of this research is to produce a product in the form of a Textbook of Pattern Making Materials Based on a 2-Dimensional CAD Pattern System, the development model used is Dick and Carey which consists of ten stages for class X SMK students majoring in Clothing. The use of this book is effective, learning outcomes can be improved and active user learning interactions based on a 2-dimensional CAD pattern system are provided and contextual visualization and features offered. In utilizing this 2 Dimensional CAD Pattern System book, it is recommended to use it regularly and continuously study it and follow the instructions given. The results of this study are in the form of Textbooks with Pattern Making Materials Based on 2-Dimensional CAD Pattern Systems, this study has a material feasibility level of learning design feasibility and learning media feasibility 95%. At the percentage of the feasibility of individual trials of the feasibility of small group trials is and the feasibility of field trials is with very feasible qualifications and does not need to be revised. Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa Buku Ajar Materi Pembuatan Pola Berbasis CAD Pattern System 2 Dimensi , model pengembangan yang digunakan adalah Dick and Carey yang terdiri dari sepuluh tahapan untuk siswa kelas X SMK jurusan Tata Busana. Penggunaan buku ini efektif , hasil belajar dapat ditingkatkan dan interaksi aktif belajar pengguna berbasis CAD pattern system 2 dimensi yang diberikan dan visualisasi kontekstual serta fitur yang ditawarkan. Dalam memanfaatkan buku CAD Pattern System 2 Dimensi ini, disarankan untuk digunakan secara teratur dan kontinyu mempelajarinya dan mengikuti instruksi yang diberikan. Hasil dari penelitian ini berupa Buku Ajar dengan Materi Pembuatan Pola Berbasis CAD Pattern System 2 Dimensi, penelitian ini memiliki tingkat kelayakan materi 97,5%, kelayakan desain pembelajaran 96,25% dan kelayakan media pembelajaran 95%. Pada prosentase kelayakannya uji coba perorangan sebesar 99,16%, kelayakan uji coba kelompok kecil adalah 96,67% dan kelayakan uji coba lapangan 94,71% dengan kualifikasi sangat layak dan tidak perlu direvisi.... Kebutuhan pemahaman mengenai IP dan Routing dinamis sudah sulit untuk ditawar lagi, karena semakin banyak perangkat yang ada di jaringan maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk konfigurasi manual. Selain itu, kebutuhan industri akan tenaga ahli jaringan juga sangat diperlukan untuk memelihara sistem yang dipunyai Eze, 2017Prihatin Disas, 2018. Para guru yang bersekolah di SMK Walisongo Semarang dituntut untuk menguasai administrasi jaringan termasuk konfigurasi IP dan Routing dinamis dalam jaringan. ...Perkembangan dunia komunikasi jaringan komputer memiliki peran yang sangat penting untuk pertumbuhan berbagai sektor. Sektor-sektor yang berpengaruh seperti dunia pendidikan hingga ekonomi sangat terpengaruh akan adanya jaringan komputer. Dikarenakan pertumbuhan teknologi inilah mendorong orang-orang untuk mempelajarinya agar bisa diterapkan ke tempat kerja. Industri-industri juga membutuhkan orang-orang yang ahli di bidang jaringan untuk membantu mendorong kinerja industri. Oleh karena itu para guru khususnya guru SMK juga memiliki kewajiban memiliki kemampuan yang diperlukan untuk dunia kerja sebelum diajarkan ke para siswa. Kemampuan serta pemahaman mengenai pengaturan IP dan Routing secara otomatis dan dinamis belum diajarkan sepenuhnya, sehingga dapat menghambat pemberian materi ke para siswa. Materi-materi ini dikenal sebagai expertise atau ilmu keahlian khusus yang dapat diakses melalui akademi/institusi tertentu saja. Pengabdian ini memiliki tujuan mengajarkan IP dan Routing kepada para guru SMK Walisongo Semarang, sehingga para guru memiliki kemampuan serta pemahaman yang dapat diajarkan kepada para siswa dan tetap memiliki standar yang sama dengan keinginan industri. Proses peningkatan kemampuan ini disampaikan dengan metode ceramah dan disertai dengan asistensi langsung untuk memastikan para peserta dapat mencoba secara langsung materi yang diberikan. Dari kegiatan yang dilaksanakan ini, para peserta mengalami kenaikan pemahaman mencapai 46%. Sehingga bisa dipastikan kegiatan peningkatan kemampuan ini berjalan dengan baik.... This is due to the lack of cooperation between vocational schools and business and industry. The inadequacy between the vocational high school curriculum and the needs of the labour market is one of the factors underlying the Disas, 2018. ... Rita Fransina MaruanayaYuli SetiawanIndonesian demographic premium with the profile of productive age dominated by general high school graduates negatively affects national productivity levels. As an institution that produces skilled labour, vocational high school is expected to become an institution that provides a solution to increase labour productivity. As a government strategy to overcome these problems, the Presidential Instruction No. 09 of 2016 to revitalise the vocational high school aimed at improving the competence of vocational high school graduates. This research aims to see how the revitalisation programme designed by the government is driving vocational high school majoring Business and Management in Indonesian. The study uses a mixed method with document analysis, interviews, and questionnaires. The results of this study show that 60% of vocational high school curriculum in SMKN 2 Pariaman has met the requirements of the industry, while 40% has not. Since the industry is not yet involved in the preparation of the vocational high school curriculum, then the revitalisation programme has not fully impacted vocational high schools in Indonesia.... The Link and Match program has been published since 1993-1998 by the then Minister of Education and Culture Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Kemendikbud Djojonegoro, 1999Djojonegoro, , 2016Judisseno, 2008;Putranto, 2017. However, there are many notes in the implementation of this link and match program Disas, 2018;Husein, 2019;Putranto, 2017. In 2020, the Indonesian Minister of Education and Culture, Nadiem Makarim, again used the term link and match to harmonize education and business and industry sector. ...The link and match program are a program that was restored by the Indonesian Ministry of Education and Culture in 2020 to harmonize education and industry with the term “mass wedding†package. Each package has its own scheme, for Vocational High School SMK, Vocational Universities, and also Course and Training Agency LKP as non-formal education units. This study aims to understand the readiness of course and training agency in the link and match program with Business and Industry Sector DUDI. A survey approach which is complemented by in-depth interviews is used to obtain information about readiness in the link and match program with DUDI that has been carried out by LKP so far. The research subjects were 158 LKP managers. The results of this study indicate that more than 50% of LKP have readiness to link and match with DUDI with several conditions such as 1 a more pro-active form of institutional cooperation between two parties; 2 preparing a plan for the form of cooperation involving all units in LKP such as training participants and instructors through internship programs and guest instructors; and 3 preparation of the formation of TUK in each LKP to meet the needs of DUDI.... Permasalahan link and match antara industri dan SMK sudah menjadi hal klasik. Permasalahan ini terjadi di berbagai sektor Disas, 2018 dan Wibowo, 2015. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menyelesaikannya, tetapi keadaan di lapangan tidak pernah berubah. ...Juwita Annisa FauziHary Suswanto Aji Wibawap> Abstract Low skills of Vocational Secondary School graduate influence the productivity of skilled workers in the industrial sector. Their competency tests have not been able to describe abilities. Their competence is not enough to win the competition. The abilities listed in the certificate has not shown actual competence. The number of requires workforce continues to grow, but their competencies are not balanced. This paper aims to analyze the implementation and effect of industry demand aspects toward UKK in SMK. The result is industry demand aspects are not correlated with competency tests. Industry demand aspects did not affect competency tests. Abstrak Rendahnya keterampilan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan memengaruhi produktivitas pekerja terampil di sektor industri. Uji Kompetensi Keahlian belum mampu menggambarkan kemampuan lulusan SMK. Kompetensi lulusan SMK tidak cukup untuk memenangkan persaingan di pasar tenaga kerja. Kemampuan yang tercantum dalam sertifikat Uji Kompetensi Keahlian tidak sesuai dengan kompetensi lulusan SMK. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan terus bertambah, tetapi kompetensi lulusan tidak seimbang. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis implementasi dan pengaruh aspek-aspek tuntutan industri terhadap Uji Kompetensi Keahlian di SMK. Hasilnya, aspek-aspek tuntutan industri secara signifikan tidak memengaruhi Uji Kompetensi Keahlian.... Meanwhile, DUDI is expected to be able to meet the needs of the community, so that competent vocational education is related to the industrial world that requires reliable human resources to meet the needs of people's lives. On the other hand, the government must seriously maintain a climate of linkage and the mechanism for implementing vocational knowledge in the world of work so that it is hoped that the Link and Match program will run well and be able to bring benefits to all parties [14]. ...... This is due to the lack of cooperation between vocational schools and business and industry. The inadequacy between the vocational high school curriculum and the needs of the labour market is one of the factors underlying the low quality of vocational school qualifications Disas, 2018. ...Yuli SetiawanIndonesian demographic premium with profile of productive age dominated by general high school graduates negatively affects national productivity levels. As an institution that produces skilled labour, vocational schools should be an institution that is expected to be a solution to increase labour productivity. As a government strategy to overcome these problems, the Presidential Instruction No. 09 of 2016 to revitalise the vocational school aimed at improving the competence of Vocational High School graduates. The study uses a mixed method with document analysis, interviews and also questionnaires, the results of this study explain that the Vocational High School in Indonesian does not meet the standard of the industry. From the results obtained, it can be concluded that this study is in line with the expected results.... Vocational education is one of the solutions in creating superior and competent human resources so that they can compete in the business and industrial world Maysitoh et al., 2018. Disas 2018 stated that vocational education is synonymous with learning how to work, vocational education seeks to improve individual technical competence through control of technology, education and abilities needed in the digital age as it is today so that graduates have the readiness to face the job market. and the industrial world which is currently integrated with technology Maysitoh et al., 2018;Misbah et al., 2020. ...Roemintoyo RoemintoyoChyntia Dinda Nugraheni Ida Nugroho SaputroMochamad Kamil BudiartoBuilding Engineering Education becomes a vocational education institution that prepares competent and professional graduates in building engineering. The background of this research is from the problem of the learning process that is not in accordance with the business world and the industrial world DUDI. Through this research to see the products in Building Engineering Education seen from the teaching factory components. The purpose of this research is to find out 1 competence delivered, 2 completion time, 3 the product is required internally/ externally. 4 investment needs. This research uses a descriptive qualitative method. The data used is the semester learning plan, college contracts and interviews. Sampling in this study using purposive sampling technique with snowball sampling technique. Based on the research results, it concluded that 1 the competencies that are delivered from three managerial functions, namely learning planning in the form of semester learning plans RPS are following the existing planning stages; implementation of learning methods used project-based learning, 2 time for completion of the product processing process is completed on time according to the college contract, 3 products needed internally / externally, preferably the type of product that is in accordance with the market, 4 investment needs can be accepted in the market or used for further practice, the proceeds from product sales are allocated for maintenance and developments of tools.... Namun demikan menjadi fasilitator pembelajaran berbasis keadilan sosial dan budaya responsiv, menjadi tantangan lulusan LPTK. Tantangan lulusan LPTK lainnya adalah pasar kerja, artinya lulusan LPTK ditantang oleh permintaan pasar kerja, sehingga lulusan LPTK wajib memiliki kompetensi yang dibutuhkan di dalam pasar tenaga kerja Disas, 2018. ...Pendidikan guru di era ditantang untuk memiliki cara bertindak inovatif dan kreatif. Di era tersebut merupakan era digital yang terdapat berbagai peluang dan ancaman bagi guru dan calon guru. Salah satu peluang dan ancamannya adalah dampak atau sektor ekonomi. LPTK sebagai lembaga pendidik guru dan calon guru sebaiknya menganalisis peluang dan ancaman dengan penjelasan struktur sosial yang relevan bagi penjelasan dampak ekonomi. Struktur sosial tersebut adalah institutions, social network, dan cognitive frame. Perspektiv struktur sosial tersebut merupakan perspektiv integratif struktur sosial pasar dan dinamikanya. Berdasar pada konsep field, dalam artikel ini dibahas interrelasi antara tiga tipe struktur sebagai sumber dinamika pasar market system. Pengaruh timbal balik institusi, jaringan sosial, dan bingkai kognitif memungkinkan untuk menganalisis bagaimana aktor menggunakan sumber daya yang diperoleh di dalam arena field untuk mencapai tujuan LPTK.... Link and match involves an interactive process with appropriate results [7]. Theoretically, link and match refers to the link and link competency of graduates from the world of education in order to be accepted and match the needs of the world of work [8][9]. ...The high open unemployment rate of vocational graduates in the two semesters of August 2018 and February 2019 is an anomaly, Indonesia government through presidential instruction No. 9 of 2016 concerning vocational revitalization which imposes four national development priorities on vocational education, they are Agriculture, maritime, tourism, and creative industries. Indonesia Ministry of Education also targets vocational graduates in Indonesia absorbed by industry. Non-technology and industrial vocational schools are an inseparable part of the four priorities of Indonesia’s national development mentioned earlier. This research tries to describe the problems that suffer from vocational schools, more specifically the relationship and appropriateness of the majors they choose with their work after graduation. This research with a sample of 1398 non-technology and industrial vocational high school, 629 alumni and 769 students. This research found 938 respondent who choose to study at non-technology and industrial vocational schools for reasons of interest, and only 283 alumni work according to their chosen majors, or only 45 percent. A more sad number was found in the overall sample, where only 55% percent of alumni were employed in accordance with their chosen majors. For this reason, revitalization of non-technology and industrial vocational schools in Indonesia is required.... Link and match involves an interactive process with appropriate results [7]. Theoretically, link and match refers to the link and link competency of graduates from the world of education in order to be accepted and match the needs of the world of work [8][9]. ...A forest fire early warning system must be developed to reduce the impact of greater community losses. One effort to develop an early warning system is to use a forest fire hazard index as a potential assessment guide. The main factor which is a parameter in the fire hazard index calculation method is the meteorological parameter. In general, to know today’s fire hazard index is calculated from today’s weather conditions, but the need for an early warning system is to know the future fire hazard index. Based on a series of meteorological conditions data held for thirty-six months, using the backpropagation algorithm, it is estimated that the meteorological conditions will be several months to come. Several meteorological parameters have their respective roles, the unknown contribution of which is calculated. In this study, each parameter will be measured by predicting time series data and compared with the results of calculations. The method of calculating the forest fire index used is the McArthur Forest Fire Danger Index with the meteorological parameter elements are temperature, relative humidity, wind speed, and drought factor. Each parameter was trained in artificial neural networks and tested its predictions to produce accuracy for data series temperatures of the relative humidity of and wind speed of 50%.... Lembaga pendidikan kejuruan berperan sebagai penghasil tenaga kerja, sedangkan industri merupakan pihak yang akan mempekerjakan lulusan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan kejuruan. Oleh karena itu harus terjalin keselarasan link-andmatch antara kedua lembaga tersebut [1]. Dalam hal ini keselarasan dimaknai sebagai sesuaian antara antara sisi permintaan demand pada dunia industri dengan sisi penyedia supply tenaga kerja oleh lembaga pendidikan kejuruan. ...Yuyun EstriyantoValiant Lukad Perdana SutrisnoTaufik Wisnu SaputraDalam bidang manufaktur, pemesinan CNC/CAM merupakan teknologi pemesinan yang paling berpotensi untuk dikembangkan menyesuaikan dengan revolusi industri Penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat keterlaksanaan pembelajaran KI/KD CNC/CAM di SMK dan LPTK serta relevansinya terhadap kebutuhan industri. Penelitian dilaksanakan dengan triangulation mixed method design, yaitu desain penelitian campuran antara kualitatif dan kuantitatif yang dilaksanakan secara bersamaan. Penelitian kuantitatif dilaksanakan dengan desain survei menggunakan instrumen kuesioner yang hasilnya diolah dan disajikan secara deskriptif, sedangkan pendekatan kualitatif dilaksanakan dengan metode interview dan observasi partisipatif yang hasilnya disarikan dan diinterpretasikan untuk memperkuat temuan penelitian kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada SMK-SMK di Kota Surakarta yang menyelenggarakan Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. Dari penelitian ini ditemukan bahwa jenis mesin, controller, dan software CAM bukan lah suatu permasalahan dalam link and match pembelajaran CNC/CAM, akan tetapi, yang menjadi kunci keselarasan adalah KI/KD pembelajaran. Penelitian juga menemukan bahwa berbagai KI/KD dalam bidang CNC sebagaimana yang diamanatkan dalam kurikulum telah terlaksana dengan baik dalam pembelajaran di SMK maupun LPTK. Penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa KI/KD bidang CNC/CAM antara LPTK, SMK, dan industri, saat ini pada level ‘sangat relevan’. Penelitian ini juga mengungkap bahwa LPTK dan SMK cenderung konsisten menyampaikan KI/KD sesuai amanat kurikulum, sedangkan industri cenderung ada KI/KD tertentu yang cenderung lebih dominan dibanding dengan KI/KD yang lain.... Apart from DUDI, successful alumni are also invited as guest teachers in entrepreneurship classes to motivate students to be successful. When viewed from the pattern of life skills implementation according to the Ministry of National Education in Syafriadi 2017, vocational education is said to be successful in creating graduates with the following indicators of success; 1 Graduates work in accordance with their fields, 2 The grace period of the graduate is a maximum of one year after graduation, 3 The absorption of graduates is at least 75%, 4 The number of graduates who create jobs is 5%. These four indicators can be implemented by SMK Negeri 3 Blitar, especially the Department of Clothing to produce graduates by the following employment. ... Enrico Adhanur KaryadiHasna Imtiyaz HanifahIn Law Number 23 of 2014, government affairs are divided into three categories that are absolute, concurrent, and general government affairs. Decentralization of mandatory government affairs was expected to fulfil the state and local government goals, one of which is increasing welfare measured by income per capita. Government expenditure in mandatory government affairs was utilized to accomplish this. This study examined the effect of education, health, and social security expenditures on the gross regional domestic product GRDP per capita. The research sample was regency and city governments in East Java Province from 2014 to 2016. The research method was quantitative research methods. The results showed that education and social security expenditures negatively impacted GRDP per capita, while health expenditure positively impacted GRDP per capita. Local governments should reform the spending policies to ensure the efficiency and effectiveness of the budget used. The central government, authorities, and the public should also adequately monitor the local government. Wahidahwati WahidahwatiOyong LisaMar’atus ZahroTujuan Pengabdian pada masyarakat ini memberikan tambangan pengetahuan tentang perkembangan Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan di Indonesia pada guru akuntansi SMA,SMK dan MA yang ada di Kabupaten Pacitan. Selain itu juga memberikan wawasan pengetahuan tentang pentingnya meng-update Standart Akuntansi Keuangan tang ada di Indonesia untuk meningkatkan profesionalitas bagi guru Akuntansi di Kabupaten Pacitan. Sasaran pengabdian adalah guru-guru akuntansi SMA, SMK dan MA di Kabupaten Pacitan. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Persiapan dilakukan dengan melakukan survey pendahuluan yaitu melakukan observasi dilapangan mengenai pengetahuan guru-guru yang berhubungan dengan update 5 SAK di Indonesia. Pelaksanaan dilakukan dengan workshop menggunakan metode ceramah presentasi nara sumber dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab sebagai bentuk peningkatan potensi pengetahuan guru. Hasil kegiatan pelatihan menunjukkan bahwa guru-guru Akuntansi Keuangan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang 5 Standar Keuangan di Indonesia dan memperoleh sumber referensi mengenai SAK-IFRS, SAK-ETAP, SAK-EMKM, SAK-Syariah dan SAP, dan diharapkan guru-guru dapat meneruskan pengetahuan ini ke siswa-siswi dalam pembelajaran akuntansi keuangan. Selain update Standar akuntansi keuangan juga ada materi Metode Pembelajaran pada siswa Berbasis IT dan Peran Akuntansi di Era Industri Pengabdian ini diharapkan berlanjut untuk materi selanjutnya mengenai penerapan lebih rinci dari masing-masing standar akuntansi - LatifahSiti Salamah AzzahraThe purpose of this study was to determine the use of character-laden literacy assessments using the link and match method and to determine the relationship between student test results regarding character-loaded literacy assessments and student questionnaire results. The method used in this research is descriptive qualitative method, which is a research method that makes a systematic, accurate, and factual overview of a fact, its nature, and the relationship between the phenomena studied. The data analysis technique in this study, namely the test technique, is to determine the results of character-laden literacy assessments by using the link and match method and the questionnaire technique used to determine the relationship between the results of literacy assessment tests containing character and the results of student questionnaires. The subjects in this study were students of IKIP Siliwangi class B1 class of 2019 Indonesian Language Education Study Program. The results obtained from the student literacy assessment were 72%. And the results of student questionnaires about the average character of Based on the descriptive analysis criteria table, the percentage for literacy assessment is in the high category criteria, while for the questionnaire filled with characters the percentage is in the very good IsmailSugeng SukocoSyafaruddin SyafaruddinMakmur SyukriMadrasah internal policies are needed in implementing the curriculum as an effort to adapt to changes and community needs. This study aims to describe the implementation of curriculum implementation policies in state madrasah ibtidaiyah in Central Tapanuli Regency MIN 3, 4, and 7. This study seeks to describe or describe data obtained from the field or literature related to PAI curriculum management in MIN 3, 4 and 7 Central Tapanuli Regency. The informants or resource persons are the head of the madrasa, the deputy head of the madrasa in the curriculum field, and the teacher of PAI subjects. The results of this study indicate that the overall implementation of the Islamic religious education curriculum in MIN Central Tapanuli Regency is well implemented. It is characterized by 1 planning aspects; includes analysis of the needs and conditions of local communities, analysis of the availability and readiness of resources in madrasas, analysis of supporting programs implemented in the agenda of the annual work meeting 2 implementation aspects; including optimizing the role of supervisors and monitoring the head of madrasah, implementing training to improve the competence and quality of teachers, as well as coordinating with teachers in madrasas in the weekly meeting agenda, 3 evaluation aspects; includes an assessment every year, in the form of program evaluations in the curriculum, planning learning tools, and evaluating Wilantara BahtiarFirman HandokoTombak Rizky WijayaTujuan dari pengabdian masyarakat adalah sebagai tim pelaksana NASMOCO go to shool di SMK Muhammadiyah Petanahan. Metode yang digunakan adalah observasi dan diskusi. Tim pelaksana melakukan observasi dan diskusi antara SMK Muhammadiyah Petanahan dan Toyota NASMOCO Magelang sebagai langkah awal link and match. Hasil yang diperoleh yaitu 1 Program NASMOCO go to school dilaksanakan di SMK Muhamamdiyah Petanahan pada tanggal 10-11 Februari 2021, 2 jumlah kendaraan masyarakat yang melakukan service sebanyak 30 unit, dan 3 Proses pelaksanaan berjalan dengan baik , hal tersebut terlihat dari antusiasme masyarakat yang mengikuti service dan tidak ada kecelakaan are sufficiently developed in Indonesia to become a trend in business incubators that include college or university students. This is due to the incubation concept and program offered to prospective entrepreneurs who have potential ideas in business. Thus, research was conducted to determine the role of business incubators in building startups in universities. But there are obstacles in developing startups, limited technology, leadership and management. The study was conducted at the Alphabet Incubator of Raharja University with a qualitative approach. The research method used is the method of observation and literature review by collecting data that aims to simplify the process. It can be seen how the government encourages business incubators in developing startups and introducing business through technology. The research objective is to increase innovation or creativity in developing successful new startups in higher education. Seen from students utilizing the facilities at the Alphabet Incubator to develop small businesses in the digital industry to increase Business Incubator; Startup; Innovation or CreativityStartup cukup berkembang di Indonesia sehingga menjadi trend dalam inkubator bisnis yang mencakup mahasiswa atau mahasiswi di perguruan tinggi. Hal ini disebabkan konsep dan program inkubasi yang ditawarkan kepada calon wirausaha yang mempunyai ide potensial dalam bisnis. Sehingga penelitian dilakukan untuk mengetahui peran inkubator bisnis dalam membangun startup pada perguruan tinggi. Namun terdapat kendala dalam mengembangkan startup, terbatasnya teknologi, kepemimpinan dan manajemen. Penelitian dilakukan di Alphabet Incubator Universitas Raharja dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dan literature review dengan mengumpulkan data yang bertujuan untuk mempermudah proses pengerjaannya. Dapat dilihat bagaimana pemerintah mendorong inkubator bisnis dalam mengembangkan startup dan mengenalkan bisnis melalui teknologi. Tujuan penelitian untuk meningkatkan inovasi atau kreativitas dalam mengembangkan startup baru yang sukses di perguruan tinggi. Terlihat dari mahasiswa memanfaatkan fasilitas di Alphabet Incubator untuk mengembangkan usaha kecil dalam industri digital untuk peningkatan tenaga Kunci Inkubator Bisnis; Startup; Inovasi atau KreativitasSchool in organizational sociology studiesAndrea DiemThis paper investigates the phenomenon of qualification mismatch overeducation among graduates from universities of applied sciences. Using data from the Swiss graduate surveys, it analyses the incidence of mismatch, determinants, and the connections with earnings and job satisfaction. Analyses show that a year after graduating around one sixth of those employed 17% are in a job which does not match, or only partially matches, the qualifications they have acquired, and that this proportion is not diminishing significantly in the medium term. The risk of mismatch varies considerably, however, by subject area and final grade. In addition, the results indicate that employment below the level of qualification on entering professional life significantly raises the probability of mismatch in the following years too. Analyses of the impacts suggest that employment poorly matched to education and training is associated with an income penalty of around 5% in the short to medium term. Graduates in a mismatch situation also demonstrate less job satisfaction than those in a position matched to their reviewing the literature with respect to skills mismatch it shows that there are different dimensions in this concept and these different dimensions take place due to mismatch in either demand or supply of labour. In Sri Lankan graduate job market, the skill mismatch is considered as an issue in the supply side. Therefore, most of the research had paid attention on the matters deriving from the supply side factors such as skill gap and skill shortage. However, skills mismatch is not always due to the supply side factors. It may take place due to the deficiencies in the demand side as well. Education mismatch vertical mismatch and horizontal mismatch is one of the main skill mismatch dimensions that occur due to the lack of labour demand. However, in the Sri Lankan graduate job market, there is a lacuna of research with regards to education mismatch dimension. Therefore, the objective of this study was to identify whether there is an education mismatch in the Sri Lankan graduate job market and if there is an education mismatch to decide whether this mismatch is a real or a formal. The study has adopted a deductive methodology and two types of declarative hypothesis were developed. The data were analyzed by using both descriptive statistics and inferential statistics. The findings of the study conclude that, there exists an education mismatch in the Sri Lankan graduate job market and the vertical mismatch is a formal mismatch while horizontal mismatch is the real accuracy of the match in the job-worker pairing is analyzed both in terms of education and in terms of qualification using Spanish data from the 2001 wave of the European Community Household Panel ECHP. Regarding the incidence of mismatch situations, the results suggest that the education match appears to be a rather poor indicator for the qualification match. In addition, ordered discrete choice models reveal that they have different consequences in terms of job satisfaction as well. John RobstThe match between a worker's education and job has received much attention in the literature. Studies have focused on the match between years of schooling and the schooling required for the job, but the quantity of schooling is only one way to consider the match between schooling and jobs. This paper considers the relationship between college majors and occupations. Data from the National Survey of College Graduates are used to examine the extent to which workers report that their work activities unrelated to the college major. What degree fields lead to greater mismatch is explored as well as the effect on the returns to S. and Marinelli E. Education–job mismatch and interregional migration Italian university graduates' transition to work, Regional Studies. This paper analyses the micro-level determinants of the education–job mismatches of recent university graduates in Italy. As the Italian graduate population has experienced increasing internal migration, this paper focuses in particular on the role of interregional migration in driving education–job match. The methodology takes into account both the endogenous relationship between migration and employment, and the self-selection bias between employment and education–job mismatch. Using a survey on Italian graduates' entry into the labour market, it is found that whilst migration at the national level is confirmed to have a positive role in both finding a job and decreasing the probability of over-education, robust differences emerge when looking at the sub-national dimension. Indeed, the Northern regions by receiving inflows of Southern graduates who manage to attain a good education–job match in the recipient labour markets are apparently reaping part of the return to the investment in university education borne in the J. HandelResearchers across a wide range of fields, policy makers, and large segments of the public believe that the work-related skills of the labor force do not match the requirements of jobs and that this explains a large part of the growth of wage inequality in the United States in the past 20 years. Opinions are divided on whether the trend is driven by workforce developments, such as an absolute decline or declining growth of human capital due to changes in educational attainment or test scores, or employer-side changes, such as accelerating growth of job skill requirements due to the spread of computers and employee involvement techniques. Some believe the problem has grown worse over time. However, the evidence is often more ambiguous and fragmentary than recognized, and the argument overlooks the roles of institutional changes and management's policies toward labor in workers' changing fortunes. Evidence suggests that the growth in educational attainment has decelerated, cognitive skill levels have remained stable, and job skill requirements have gradually increased, but a large portion of employer dissatisfaction relates to effort levels and work attitudes of young people that may represent transitory, life-cycle effects. There is little information on whether job demands are actually exceeding workers' capacities. The absence of a standardized, up-to-date method of collecting information on the actual skill content of jobs is a significant obstacle to answering this question with confidence. David WaltersThis paper assesses the importance of the credential requirements used by employers to attract graduates who will use their education on the job. The framework of this study is embedded within the theoretical debates between proponents of the credentialist and human capital theories of education. Past research related to these debates has focused largely on issues such as earnings, underemployment, and productivity, while less empirical treatment has focused on the issue of skill utilization. The statistical analysis suggests that there is a strong correspondence between employees' credentials and the needs of their employers. The extent to which the viability of each theoretical position depends on specific postsecondary programs is also explored. An Appendix lists the Sociodemographic Control Variables. Contains 1 table, 3 figures, and 18 endnotes. Brahim BoudarbatVictor ChernoffThis paper examines the determinants of the choice of field of study by university students using data from the Canadian National Graduate Survey. The sample of 18,708 graduates holding a Bachelor degree is interesting in itself, knowing that these students completed their study and thus represent a pool of high-quality individuals. What impact do expected post-graduation lifetime earnings have in choosing their field of study respectively to their non-pecuniary preferences? Are these individuals less or more influenced by monetary incentives on their decision than was found in previous literature with samples of university students not all completing their studies successfully? Unlike existing studies, we account for the probability that students will be able to find employment related to their field of study when evaluating lifetime earnings after graduation. The parameters that drive students' choices of fields of study are estimated using a mixed multinomial logit model applied to seven broadly defined fields. Results indicate that the weight put by a student on initial earnings and earnings' rate of growth earnings depends upon the education level of the parent of the same gender. Surprisingly, lifetime earnings have no statistically significant impact when the parent of the same gender as the student has a university education. Results show that men are, in general, more sensitive than women to initial income variations, whilst women are more sensitive than men to the earnings' rate of growth variations. Marital status, enrolment status and the vocation identified with each field of study are influential factors in students' choices. Finally, substantial increases in lifetime earnings would be necessary to draw students into fields of study they are not inclined to choose HerschUsing a new data set, this paper gives evidence in support of the intuitive notion that overqualified workers are less satisfied with their jobs and are more likely to quit. However, training time is inversely related to overqualification, which suggests why such seeming mismatches occur and may in fact be optimal. Copyright 1991 by MIT Skills and Labour Market Needs Building Social Partnerships for Better Skills and Better JobsDavos-KlostersDavos-Klosters. 2014. Matching Skills and Labour Market Needs Building Social Partnerships for Better Skills and Better Jobs. World Economic Forum Global Agenda Council on Employment, 11, there a skills mismatch in the labor market? The Federal Reserve Bank of ChicagoR J FabermanB MazumderFaberman, R. J., & Mazumder, B. 2012. Is there a skills mismatch in the labor market? The Federal Reserve Bank of Chicago, 43, Mismatches in Contemporary Labor Markets How Real? And What Remedies?H J HolzerHolzer, H. J. 2013. Skill Mismatches in Contemporary Labor Markets How Real? And What Remedies? School of Public Policy, 12, Future Of Productivity Main Background Papers Labour Market Mismatch And Labour Productivity Evidence From Piaac DataM A McgowanD AndrewsMcgowan, M. A., & Andrews, D. 2015. The Future Of Productivity Main Background Papers Labour Market Mismatch And Labour Productivity Evidence From Piaac Data. Economics Departement Working Papers No 1209, 271, 1-51. ISSN 1412-565 X e-ISSN 2541-4135Career Mobility, Job Match and Over educationJ RobtsRobts, J. 2013. Career Mobility, Job Match and Over education. Eastern Economic Journal, 214.Measuring Mismatch in the Labor MarketA SahinJ SongG TopaG L ViolanteSahin, A., Song, J., Topa, G., & Violante, G. L. 2015. Measuring Mismatch in the Labor Market. Journal of Paris School of Economics, 109, And Match Dunia Pendidikan Dan Industri Dalam Meningkatkan Daya Saing Tenaga Kerja Dan IndustriE S SoesilowatiSoesilowati, E. S. 2009. Link And Match Dunia Pendidikan Dan Industri Dalam Meningkatkan Daya Saing Tenaga Kerja Dan Industri. Jakarta LIPI Press, Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Teori, Praktik, dan Riset PendidikanH UsmanUsman, H. 2012. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara.
DitjenPendidikan Vokasi Perkuat 'Link and Super-match' pada 2021. Jogjakarta, Ditjen Diksi - Meski masa pandemik masih melanda Indonesia maupun global, namun sejatinya geliat perekonomian negeri ini harus tetap berjalan. Demikian juga dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud yang akan terus memperkuat program andalannya, "link and super-match" untuk tahun 2021 ini.
Inilah Benefit Link and Match’ bagi Industri dan Pendidikan Jakarta, Ditjen Diksi - Program “link and match” yang kian digencarkan oleh Kemendikbud, sejatinya memang tidak hanya menguntungkan dunia pendidikan yang menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dengan industri. Sebaliknya, industri pun merasakan hal yang sama dengan mendapatkan tenaga kerja andal, sekaligus menghemat pengeluaran untuk menjaring SDM baru karena telah sesuai dengan kebutuhannya. “Keuntungan yang kita kejar dari link and match’ ini adalah kita membutuhkan tenaga kerja yang andal. Artinya, skill tenaga kerja ini sesuai dengan job desk-nya,” tutur Fajar Miftahul Falah, General Manajer PT Surya Energi Indotama SEI, dalam program “Aksi Kejuruan Indonesia Berbagi” yang diselenggarakan BBPPMPV BMTI yang ditayangkan melalui kanal Youtube P4TK BMTI Kemdikbud, Selasa 4/8. Fajar menambahkan, adapun keuntungan lain yang diharapkan adalah efisiensi biaya. Berdasarkan pengalaman selama 11 tahun berkiprah di dunia pembangkit listrik tenaga surya PLTS, PT SEI telah menghasilkan sekitar 500 lokasi PLTS yang tersebar di seluruh Indonesia, dan lebih banyak berada di luar Jawa dan daerah-daerah terpencil. Karenanya, akan lebih efisien jika tenaga kerja dapat direkrut dari lokasi terdekat sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan. Benefit selanjutnya adalah intangible asset, yakni khusus terhadap tenaga kerja yang sifatnya tetap untuk keberlangsungan perusahaan jangka panjang. Pasalnya, PT SEI juga membutuhkan aset-aset perusahaan, misalnya untuk regenerasi dan mengisi posisi manajerial. Benefit atau keuntungan inilah yang diharapkan industri dari dunia pendidikan. Di samping itu, Fajar juga meyakini pendidikan turut mendapatkan benefit. Pertama, yaitu adanya kesesuaian program yang diajarkan apabila dapat bersinergi dengan kebutuhan industri. Lalu kedua adalah keterserapan lulusan. Artinya, jika program “link and match” berjalan dengan baik, maka tidak akan ada lagi gap antara lulusan pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja. Adapun yang terakhir adalah pengembangan, seperti pengembangan dalam materi ajar yang bisa disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan industri. PT SEI yang merupakan anak perusahaan dari LEN Group juga sudah melakukan kerja sama di bidang SDM. Yang pertama dengan SMA/SMK melalui praktik kerja lapangan, magang, dan sharing yang lebih khusus ke tenaga pendidik. “Selain itu, apabila pihak SMA/SMK memiliki bentuk usulan lain, maka pihak PT SEI terbuka untuk membahas bersama,” imbuh Fajar. Kedua, yakni dengan kampus melalui kerja praktik, magang, skripsi atau tugas akhir, penelitian bersama, dan studium generale. Ketiga dengan Lembaga Inspeksi Teknik LIT dalam hal tempat uji kompetensi dan sarana training. Kemudian dengan pemerintah, yaitu sebagai tim penyusun standar kompetensi, program magang untuk ASN yang baru, dan menjadi narasumber. Adapun yang terakhir dengan rekanan melalui proses bisnis, seperti training dan pembekalan. Selain dari PT SEI, acara ini juga menghadirkan Yusuf Hendra Prakasa selaku Direktur PT Sistem Solusi Geospasial. Pada kesempatan tersebut, Yusuf mengenalkan produk LEICA DISTO D510, yaitu sebuah produk yang dapat mempermudah pekerjaan pengukuran jarak, volume, dan juga termasuk ukuran diagonal, serta memberikan efisiensi waktu dan tenaga dengan hasil ukuran yang tetap akurat. “Pada umumnya sudah banyak alat penentu jarak ini di pasaran. Tapi, bagaimana alat ini bisa memberikan kemanfaatan dalam pekerjaan di industri ini yang harusnya sudah mulai diperkenalkan ke pendidikan SMK, terutama untuk pemanfaatan sejauh mana teknologi itu menjawab aplikasi di lapangan,” terang Yusuf. Melalui program acara ini, Kepala BBPPMPV BMTI yang diwakili Koordinator Program dan Informasi I Gusti Made Ardana berharap, pihak satuan pendidikan ke depannya dapat menjalin kerja sama dengan industri yang telah dihadirkan dalam program tersebut. Sehingga, dapat bersama-sama melaksanakan hajat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, yaitu “link and match”. “Link and match" di sini tidak hanya sebatas MoU, tapi kita berharap nanti Bapak dan Ibu juga bisa bekerja sama dalam pengiriman siswa untuk magang di industri. Syukur-syukur nanti bisa ada beberapa industri yang merekrut lulusannya,” ujar I Gusti Made Ardana. Diksi/RA/AP/AS
Hubungansinergi antara Perguruan Tinggi, Dunia Usaha Dunia Industri dan Dunia Kerja (DUDIKA) dan SMK Negeri 3 Pekanbaru harus tetap terjalin untuk lebih memajukan dan meningkatkan mutu sekolah. Ada 8 aspek link and (super) match harus dipenuhi untuk mewujudkan keselarasan antara SMK dengan DUDIKA :
Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud meluncurkan Merdeka Belajar episode kedelapan SMK Pusat Keunggulan, secara dalam jaringan daring. Program SMK Pusat Keunggulan merupakan perwujudan visi Presiden Joko Widodo terkait pembenahan pendidikan vokasi sebagai strategi pengembangan sumber daya manusia SDM Indonesia. “SMK Pusat Keunggulan merupakan terobosan komprehensif yang ditujukan untuk menjawab tantangan dalam rangka pembenahan kondisi SMK saat ini, agar semakin sejalan dengan kebutuhan dunia kerja,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim saat menyampaikan paparannya. Menurut Nadiem, Program SMK Pusat Keunggulan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia kerja. Sekolah yang terpilih dalam program SMK Pusat Keunggulan diharapkan menjadi rujukan serta melakukan pengimbasan untuk mendorong peningkatan kualitas dan kinerja SMK di sekitarnya. “Untuk mencapai visi tersebut, keselarasan antara SMK Pusat Keunggulan dengan dunia kerja tidak hanya diwujudkan melalui _MoU_ saja, tetapi harus berlangsung secara mendalam dan menyeluruh,” jelas Mendikbud. Upaya mewujudkan keselarasan antara SMK dengan dunia kerja dapat ditempuh melalui pemenuhan delapan aspek link and match. Pertama, kurikulum disusun bersama sejalan dengan penguatan aspek _softskills, hardskills,_ dan karakter kebekerjaan sesuai kebutuhan dunia kerja. Kedua, pembelajaran diupayakan berbasis project riil dari dunia kerja _project based learning_ untuk memastikan _hardskills, softskills,_ dan karakter yang kuat. Ketiga, peningkatan jumlah dan peran guru/instruktur dari industri maupun pakar dari dunia kerja. “Meningkat secara signifikan sampai minimal mencapai 50 jam/semester/program keahlian,” tegas Mendikbud. Keempat, praktik kerja lapangan/industri minimal satu semester. Kelima, bagi lulusan dan bagi guru/instruktur sertifikasi kompetensi harus sesuai dengan standar dan kebutuhan dunia kerja. Keenam, bagi guru/instruktur perlu ditekankan untuk memperbarui teknologi melalui pelatihan secara rutin. Ketujuh, dilakukannya riset terapan yang mendukung _teaching factory_ berdasarkan kasus atau kebutuhan riil industri. Kedelapan, komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja. Kemudian, Kemendikbud juga mendorong agar kolaborasi dengan dunia kerja dapat semakin ditingkatkan, di antaranya melalui kemungkinan kerja sama beasiswa dan/atau ikatan dinas, donasi dalam bentuk peralatan laboratorium, dan lainnya. “SMK Pusat Keunggulan 2021, diprioritaskan untuk 895 SMK dengan tujuh sektor prioritas, di antaranya ekonomi kreatif, pemesinan dan konstruksi, _hospitality, care services,_ maritim, pertanian, dan kerja sama luar negeri,” ungkap Menteri Nadiem. “Semoga ini adalah awal dan dapat menjadi benih tranformasi SMK kita se-Indonesia. Sehingga kami harap SMK yang berpartisipasi bisa menjadi pelatih dan mentor yang mampu menunjukkan karya dan inovasi lulusan SMK sehingga diperebutkan oleh pelaku industri maupun dan universitas terbaik kita,” imbuh Mendikbud. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Dirjen Diksi, Kemendikbud, Wikan Sakarinto menambahkan, program ini tidak hanya menekankan konteks keunggulan untuk satuan pendidikan itu sendiri. Namun, lebih dari itu, maknanya adalah menciptakan SDM unggul yang mengakselerasi SMK lain untuk turut menjadi unggul. “SMK Pusat Keunggulan menjadi akselerator, SMK pelatih bagi SMK lainnya,” tegas Wikan. Melalui video, Menteri Perindustrian Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut baik program SMK Pusat Keunggulan. SMK berperan penting bagi penyediaan SDM industri nasional yang berkualitas. Untuk itulah, Kementerian Perindustrian Kemenperin terus memfasilitasi penguatan _link and match_ sektor pendidikan dan industri sesuai amanat Presiden agar meningkatkan perekonomian melalui industri yang lebih kompetitif di kancah global. “Dengan pendekatan yang semakin strategis dan komprehensif, kami berharap _link and match_ antara SMK dengan industri bisa semakin optimal,” tutur Menperin. Senada, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan dukungannya terhadap program SMK Pusat Keunggulan. “Kita berharap SMK PK ini menjadi jembatan atas target SDM unggul menuju satu abad kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya. Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat DPR RI Syaiful Huda berharap program SMK Pusat Keunggulan menjadi penyempurnaan program-program revitalisasi pendidikan vokasi yang sebelumnya. “Selamat atas diluncurkannya program SMK Pusat Keunggulan. Semoga inisiatif dan inisiasi ini menjadi bagian dari percepatan kita untuk semakin membuat lulusan SMK sesuai kebutuhan dan menjadi tenaga kerja yang mengisi lowongan kerja yang ada di Indonesia,” katanya. Enam Dukungan Kemendikbud dalam Program SMK Pusat Keunggulan Program SMK Pusat Keunggulan mengusung semangat Merdeka Belajar yang berfokus pada penguatan SDM serta mendekatkan dunia pendidikan dengan dunia profesional. Program ini diharapkan menjadi penggerak bagi SMK di Indonesia agar meningkatkan kualitas hasil belajar siswa yang sesuai dengan standar dunia usaha dan dunia industri DUDI atau dunia kerja. Kemendikbud menyiapkan enam bentuk dukungan, di antaranya, yang pertama adalah penguatan SDM. Mendikbud menekankan kembali pentingnya penguatan kepala sekolah, pengawas sekolah dan guru melalui program pelatihan dan pendampingan intensif. “Ini bertujuan untuk mewujudkan manajemen dan pembelajaran berbasis dunia kerja,” ujarnya. Selanjutnya, yang kedua adalah pembelajaran kompetensi siap kerja dan berkarakter melalui pembelajaran, berorientasi pada penguatan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan pengembangan karakter yang sesuai nilai-nilai Pancasila. Ketiga, penguatan aspek praktik pada peserta didik yang dilakukan dengan memberikan bantuan dana hibah untuk meningkatkan sarana prasarana yang berfokus pada kelengkapan sarana belajar praktik bagi siswa yang terstandar. “Kemudian, yang keempat adalah manajemen sekolah berbasis data yang dilakukan melalui pendampingan pada sekolah. Termasuk perencanaan berdasarkan evaluasi data dan penggunaan platform digital,” jelas Mendikbud. Kelima adalah pendampingan oleh perguruan tinggi. Keenam adalah sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk dukungan penyelenggaraan SMK yang berkelanjutan. Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia KADIN Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani menyatakan pendidikan dan pelatihan vokasi tidak dapat dipisahkan kerena keduanya saling terkait dalam peningkatan produktivitas nasional. Demikian halnya, masalah ketenagakerjaan di Indonesia juga tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan terutama pendidikan vokasi. Ia meyakini bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak bisa secara instan namun harus melalui proses yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. KADIN mengapresiasi upaya pemerintah yang mendorong vokasi untuk terus berkembang, di antaranya adalah pemberian insentif perpajakan 200% bagi perusahaan yang mengikuti program vokasi bersama sama dengan pemerintah. “Kami dari KADIN senantiasa selalu mendukung langkah-langkah Kemendikbud di bidang vokasi, untuk meningkatkan SDM kita ke depannya. Insyaalah kita bisa menghasilkan tenaga kerja yang unggul, terampil, dan kompeten sehingga dapat meningkatkan daya saing industri dan menumbukan perekonomian,” jelas Rosan. Ketua LP Ma’arif NU, Z. Arifin Junaidi menyatakan bahwa bagi institusinya, profesional itu ditandai dengan kompetensi, sikap konsisten dan konsekuen, komitmen, kompetitif dan berkarakter. Oleh karena itu, LP Ma`arif NU turut menyiapkan lulusan yang siap masuk ke dunia kerja, siap membuka lapangan kerja, dan siap meneruskan belajar ke jenjang yang lebih tinggi bagi yang menghendakinya. “LP Ma`arif NU menyambut baik peluncuran program Pusat Keunggulan dari Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud. Semoga program ini berjalan dan berhasil dengan baik, sesuai dengan tujuannya,” harap Arifin Junaidi. Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah, Baedhowi mengapresiasi peluncuran program SMK Pusat Keunggulan. Peranan SMK sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil. Dengan SMK yang unggul, diharapkan lulusan lebih siap kerja, berdaya saing, serta menjadi calon pengusaha yang andal. “Dengan keunggulan yang ada tersebut, maka diharapkan lulusan-lulusan SMK, khususnya untuk SMK Pusat Keunggulan tadi akan menjadi contoh bagi SMK-SMK yang lain,” ujar Baedhowi. Inovasi Program SMK Pusat Keunggulan Pendampingan oleh perguruan tinggi Salah satu dukungan penting terhadap program SMK Pusat Keunggulan ini adalah terjadinya sinergi antarjenjang yang ditempuh melalui pendampingan oleh perguruan tinggi mencakup aspek perencanaan dan pengelolaan program SMK Pusat Keunggulan. “Perguruan tinggi dengan pengalaman dan rekam jejak yang baik, didorong ikut membantu mempercepat akses SMK untuk bermitra dengan dunia kerja, serta memperkuat perencanaan dan pengelolaan program. Program ini juga turut menjaga kesinambungan perguruan tinggi dan SMK dalam pengembangan kepakaran dan kompetensi keahlian serta jejaring,” jelas Mendikbud. Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS sekaligus Ketua Forum Direktur Politeknik Negeri seluruh Indonesia FDPNI, Zainal Arif menyatakan bahwa program SMK Pusat Keunggulan sangat bermanfaat untuk meningkatkan dan menguatkan pendidikan vokasi baik untuk pendidikan tinggi maupun menengahnya, khususnya di SMK. Bagi pendidikan tinggi vokasi, program ini sangat bermanfaat untuk penerapan Tridharma Perguruan Tinggi bagi civitas akademik sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam mengembangkan SMK sebagai Pusat Keunggulan. Kolaborasi dengan pendidikan tinggi, akan memberikan pengalaman tersendiri bagi SMK di dalam memperluas jejang dengan dunia usaha dunia industri DUDI sebagai mitra pembelajarannya. “Politeknik siap mendukung SMK Pusat Keunggulan, salam inovasi, salam vokasi,” katanya. Setidaknya, ada lebih dari seratus perguruan tinggi calon pendamping SMK Pusat Keunggulan, di antaranya Politeknik Negeri Bandung Polban, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS, Universitas Negeri Yogyakarta UNY, Institut Pertanian Bogor IPB, Institut Teknologi Bandung ITB, Universitas Negeri Malang UM, Universitas Gadjah Mada UGM, Universitas Telkom, Universitas Sebelas Maret UNS, Universitas Negeri Padang UNP, Politeknik ATMI Solo, Politeknik Negeri Batam, dan masih banyak perguruan tinggi lainnya. Menteri Dalam Negeri Mendagri, Muhammad Tito Karnavian mengajak seluruh pihak termasuk pemerintah daerah untuk mendukung program SMK Pusat Keunggulan. “Arahkan sesuai dengan potensi yang ada di daerah masing-masing. Jika potensinya ada di bidang peternakan atau perikanan, buat SMK di bidang itu, sehingga begitu keluar langsung terserap di lapangan pekerjaan,” ujar Mendagri. */fsJakarta Kemendikbud --- Direktur Jenderal (Dirjen) Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto mengatakan bahwa vokasi harus terus melakukan inovasi dan terobosan. Meski sebagian besar sudah berkolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), link and match harus terus ditingkatkan. "Kami mendorong agar vokasi benar-benar 'menikah' dengan dunia
AbstractPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui model kerja sama link and match yang efektif untuk diterapkan guna meningkatkan kesiapan kerja bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Dibutuhkan suatu kebijakan yang dapat meningkatkan relevansi antara Sekolah Kejuruan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus case study dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini melakukan studi kasus di SMK Muhammadiyah 1 Cipondoh Kota Tangerang Jurusan Bisnis Manajemen Kompetensi Keahlian Akuntansi bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai latar belakang masalah pengangguran dan bagaimana kebijakan link and match dapat menjadi solusi mengatasi pengangguran. Penetapan informan sebagai sumber data menggunakan teknik purposive sampling dan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 dengan adanya link and match antara pemasok tenaga kerja dengan penggunanya Pendidikan Kejuruan dapat mengetahui kompetensi keahlian apa yang paling dibutuhkan dunia kerja 2 model kerja sama link and match dikatakan efektif bilamana model kerja sama link and match mengantarkan standar kompetensi lulusan SMK sama dengan kompetensi harapan M. T. 2019. LINK AND MATCH PENDIDIKAN SEKOLAH KEJURUAN. Rausyan Fikr Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan, 152. SeniorityPhD / Post grad / Masters / Doc 1843%Readers' DisciplineBusiness, Management and Accounting 718%
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Helmiati Basri mengatakan, diperlukan link and match antara dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, usaha serta industri.. Sebab, langkah tersebut sangat penting agar lulusan lembaga pendidikan dapat terserap dengan baik di dunia kerja.
Medan - Sejak awal tahun 2017 hingga kini, pemerintah telah meluncurkan program pendidikan vokasi industri tahap IV dalam rangka membangun link and match antara SMK dengan industri. Berdasarkan hasil evaluasi, beberapa permasalahan masih ditemui pada SMK. "Pertama, kurikulum pendidikan yang digunakan belum mengakomodir kebutuhan kompetensi di industri dan masih bersifat broadbased, sementara industri membutuhkan kompetensi yang lebih spesialis," kata Menteri Perindustrian Menperin Airlangga Hartarto dalam peluncuran program vokasi tahap IV di Sugar Industri Medan, Kawasan Industri Medan KEM, Senin 2/10. Tantangan kedua kata Menperin, peralatan praktikum di SMK kurang memadai dari segi jumlah. Begitu pun teknologinya sangat tertinggal dari industri. Mengenai jumlah guru bidang studi produktif kata Menperin, masih sangat terbatas yakni hanya 22 persen dari jumlah guru SMK. "Mereka juga kurang memiliki pengalaman dalam hal praktik di industri," kata dia. Sebagai tindak lanjut peluncuran program pendidikan vokasi industri, Kemperin bersama Kemdikbud telah dilakukan penyelarasan kurikulum bersama SMK dengan industri untuk 34 program keahlian/jurusan terkait industri. Caranya memasukkan kompetensi keahlian yang dibutuhkan industri ke dalam mata pelajaran di SMK. Selain itu, telah disusun modul untuk materi pembelajaran tambahan sesuai kebutuhan industri sebanyak 25 program keahlian dengan melibatkan praktisi industri dan SMK. Sedangkan modul untuk 9 program keahlian tambahan dari SMK di Jawa Barat sedang dalam proses penyusunan. "Hasil penyelarasan kurikulum dan modul untuk 25 program keahlian tersebut telah kami sampaikan kepada Kemdikbud, Dinas Pendidikan dan SMK yang bersangkutan," kata dia Untuk penyediaan peralatan praktik minimum di SMK, Kementerian Perindustrian pada tahun ini telah merealokasi anggaran sebesar Rp 40 miliar, yang dialokasikan untuk 70 SMK dengan rata-rata nilai bantuan sebesar 500 juta per SMK. Kementerian Perindustrian Kemperin meluncurkan pendidikan vokasi tahap IV berbasis kompetensi dalam rangka membangun link and match antara SMK dengan industri di Sumatera bagian Utara. Sebelumnya hal serupa telah dilakukan di Jawa Timur tahap I, Jawa Barat tahap II dan Jawa Barat tahap III. Sumber Saksikan live streaming program-program BTV di sini Astra Resmikan Kampus Baru ASTRAtech, Kucurkan Dana hingga Rp 600 Miliar OTOTEKNO Kemenaker Kerja Sama Sertifikasi Profesi dengan Perason Vue dan Certiport EKONOMI Arsjad Rasjid Apresiasi Program Kurasi dan Vokasi Kadin Jatim EKONOMI Puan Minta Pemerintah Jembatani Lulusan SMK dengan Pelaku Industri NASIONAL Kemenaker Beberkan 8 Sarana Ciptakan Hubungan Industrial Harmonis EKONOMI Industri Manufaktur Unjuk Gigi di Jerman Lewat Hannover Messe EKONOMI
Editor bakri. lihat foto. For Serambinews. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh foto bersama dengan kepala SMK di wilayah Kota Banda Aceh-Aceh Besar di sela-sela rapat Penyelarasan Kurikulum dengan kalangan Industri Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA) di Aula SMKN 3 Banda Aceh, Kamis, (9/6/2022). Acara ini berlangsung hingga Jumat (10/6/2022).
GOWA - Link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan SMK / Perguruan Tinggi Vokasi PTV dengan dunia usaha dunia industri DUDI yang digaungkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Ditjen DIKSI tahun 2021 bukanlah merupakan program baru. Jika ditelisik lebih jauh, program ini mulai dicanangkan tahun 1989. Mengutip tulisan Eka Prihatin Disas 2018 dan Endang Soesilowati 2009, link and match kala itu merupakan salah satu kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Depdikbud, yang menekankan pada penggalian potensi dan pembekalan kompetensi lulusan pendidikan vokasi sesuai kebutuhan pasar kerja, dengan kata lain paradigma supply minded bergeser menjadi demand minded. Harapannya, jika program ini berjalan dengan baik maka dapat menekan jumlah pengangguran dari lulusan SMK/PTV. Yoan Oktaviani dalam artikel yang diterbitkan Kompas 30 Juli 2020 memaparkan historis perjalanan program link and match. Dinyatakan dalam tulisannya, dasar konsep link and match dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah PP Nomor 29 Tahun 1990 khususnya pada Pasal 29 Ayat 2. Selanjutnya tahun 1993, Mendikbud Wardiman Djojonegoro dan Menteri Tenaga Kerja Depnaker Abdul Latief berkomitmen mempersiapkan tenaga kerja mandiri dalam program kerja bersama. Dalam hal ini, Depdikbud mempersiapkan software, dan Depnaker bertugas menyelesaikan persoalan di dunia kerja. Kemudian tahun 1994, kedua Menteri ini melakukan perjanjian kerjasama untuk program pemagangan dan sistem ganda. Tahun 2003, Kementerian Riset dan Teknologi merancang pengembangan link and macth antara SMK dan UKM dalam pelaksanaan program sistem intensif penguatan teknologi dan manajemen. Tahun 2004, model pembelajaran pelatihan berbasis produksi diharapkan dapat diaplikasikan di SMK. Periode tahun 2005-2012, Direktur pembinaan SMK Joko Sutrisno memperkuat tata kelola SMK melalui penerapan sistem manajemen mutu ISO 90012008. Tahun 2016, keluar Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia. Setelah itu, lima Menteri Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Mendikbud Muhadjir Effendy, Menteri Riset-Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri, dan Menteri BUMN RIni M Soemarno berkomitmen dan sepakat menandatangani MoU tentang Pengembangan Pendidikan Vokasi berbasis Kompetensi yang link and match dengan DUDI. Tahun 2017, Kemenperin menyelaraskan kurikulum 35 program studi di SMK sesuai standar DUDI. Tahun 2018, Kementerian BUMN menginisiasi program magang mahasiswa bersertifikat. Tahun 2019, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam beberapa kesempatan mengatakan untuk menciptakan lulusan SMK siap kerja maka program Kemdikbud akan diselaraskan dengan DUDI. Untuk mendukung link and match tahun 2020, Kemdikbud mencanangkan beberapa program diantaranya Kampus Merdeka mahasiswa berkesempatan mengembangkan diri di luar program studinya selama tiga semester dan forum pengarah vokasi rumah vokasi sebagai media antara pendidikan vokasi dan DUDI, serta pengembangan lebih dari 400 SMK Center of Excellent CoE atau Pusat Keunggulan. CoE memuat pembelajaran mulai dari penyelarasan kurikulum bersama DUDI, yang diikuti dengan penyesuaian model pembelajaran dual based program, berbasis projek dan kewirausahaan, sistem blok, beserta sistem penilaiannya, pengembangan bahan ajar bersama, pelaksanaan praktek kerja lapang PKL di DUDI, sertifikasi kompetensi siswa oleh DUDI, pemagangan guru dan sertifikasinya, penerapan budaya kerja industri di SMK, hingga komitmen DUDI untuk merekrut lulusan SMK. Link and match Kemdikbud tahun 2021 mengusung nama link and match 8+1. Paket ini memuat 9 poin utama yaitu penyelarasan kurikulum antara SMK/PT Vokasi dengan DUDI, pembelajaran berbasis projek riil dari DUDI, jumlah dan peran guru/dosen dari DUDI ditingkatkan secara signifikan, magang/praktek kerja industri minimal 1 semester, sertifikasi kompetensi sesuai standard dan kebutuhan DUDI, guru/dosen secara rutin mendapat update teknologi dan pelatihan dari DUDI, riset terapan yang bermula dari kasus atau kebutuhan nyata di DUDI dan masyarakat, komitmen DUDI untuk merektrut lulusan SMK/PT vokasi, serta beasiswa atau ikatan dinas dari DUDI untuk siswa/mahasiswa. Dengan harapan dapat menyentuh langsung SMK/PTV di penjuru nusantara, program link and match tahun 2021 tidak hanya dilaksanakan eselon I Ditjen DIKSi, tetapi juga diembankan tugas kepada 7 balai besar vokasi termasuk Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Komunikasi dan Informasi BPPMPV KPTK. Saat ini, BPPMPV KPTK tengah melakukan verifikasi data link and match antara SMK/PT Vokasi di 32 provinsi di Indonesia. Setelah pendataan selesai, bakal dilakukan analisis sejauh mana program link and match yang sudah berjalan pada SMK/PT Vokasi khususnya bidang KPTK. Dengan demikian, BPPMPV KPTK dapat menentukan model pendampingan yang tepat kepada SMK/PT Vokasi bidang KPTK, termasuk merumuskan model peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikannya ***. Catatan Al Azhar Widyaiswara BPPMPV KPTK
lulusanSMK dengan tuntutan dunia kerja merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya penyerapan lulusan SMK di dunia kerja. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa (link and match); 3) meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK; 4) meningkatkan kerja sama